MEMBUAT TEPUNG TALAS DAN ALTERNATIF PEMANFAATANNYA

Talas (Colocasia., Esculenta (L.) Schott) suku talas-talasan atau Araceae) merupakan tumbuhan penghasil umbi, populer ditanam terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Talas mirip dengan taro namun menghasilkan umbi yang lebih besar. Talas memiliki peranan penting sebagai penghasil serat yang bermanfaat dalam melancarkan dan menyehatkan proses pencernaan. Makanan berserat membutuhkan waktu yang lama untuk dicerna sehingga rasa kenyang tidak cepat hilang. Oleh karena itu, dengan mengkonsumsi talas bermanfaat untuk mencegah kegemukan dan  juga mampu menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker dan baik untuk penderita diabetes.   

Umbi talas sangat bermanfaat sebagai bahan makanan tambahan maupun sebagai penyangga bahan pangan bagi daerah¬-daerah pada saat terjadinya kelangkaan pangan (musim paceklik), misalnya yang diakibatkan oleh terjadinya kemarau panjang dan sebagainya.  Talas  di beberapa negara juga digunakan sebagai makanan pokok seperti di Malaysia, Fiji, Samoa, Hawai, Kolumbia, Brasil, Filipina. Di Hawai, talas disajikan sebagai makanan pokok yang disebut poi yaitu talas yang dibuat getuk dan dicampur air dan kemudian difermentasikan sebelum dimakan. Sedangkan di Brasil talas dibuat jadi roti. Didalam program diversifikasi pangan, talas juga merupakan salah satu tanaman sumber penghasil karbohidrat non beras dari golongan umbi¬-umbian selain ubi kayu dan ubi jalar yang memiliki peranan cukup penting untuk penganekaragaman  pangan.

 Untuk pemanfaatan langsung umbi talas, ada beberapa kendala sebagai bahan baku pangan yaitu timbulnya rasa gatal, rasa  terbakar dan iritasi pada kulit, mulut, dan tenggorokan serta saluran cerna saat dikonsumsi. Masalah ini disebabkan oleh kalsium oksalat yang ada didalam talas. Untuk menghilangkan dan mengurangi kadar oksalat didalam talas dapat dilakukan perebusan, perendaman dalam air hangat, perendaman dalam larutan garam. Perkecambahan dan fermentasi juga dilakukan untuk menurunkan kadar oksalat terlarut.   Salah satu untuk menanggulangi hal tersebut, maka dilakukan pengolahan talas menjadi tepung.

Di Indonesia, talas lebih banyak digunakan sebagai pangan kudapan (keripik, kolak, ubi goreng dan ubi rebus) atau tambahan sayur. Di negara-negara lain seperti di Jepang dan New Zealand, talas telah dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku produk berbasis karbohidrat seperti roti, kue-kue, makanan bayi atau produk-produk ekstrusi. Hal ini disebabkan karena talas memiliki sifat-sifat fungsional pendukung keberhasilan aplikasinya pada suatu produk pangan.  Karena sifat-sifatnya, talas tersebut akhir-akhir ini sudah mulai dibuat tepung atau pati. Tepung dan pati merupakan dua produk yang berbeda cara pembuatan maupun sifat fisikokimia serta pemanfaatannya. Namun, seringkali terjadi kerancuan pengertian antara dua produk tersebut. Pada pembuatan tepung, seluruh komponen yang terkandung di dalam bahan pangan dipertahankan keberadaannya, kecuali air. Sedangkan pada pembuatan pati, pada prinsipnya hanya mengekstrak kandungan pati saja. Oleh sebab itu, dalam pembuatan pati terdapat limbah padat (ampas), sedangkan pada pembuatan tepung tidak ada limbah padat, kecuali kulit.

Teknologi tepung merupakan salah satu proses allemalif produk setengah jadi yang dianjurkan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang ingin serba praktis. Prosedur pembuatan tepung sangat beragam, dibedakan berdasarkan sifat dan komponen kimia bahan pangan. Namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) bahan pangan yang tidak mudah menjadi coklat apabila dikupas (kelompok serealia), dan 2) bahan pangan yang mudah menjadi coklat (kelompok aneka umbi dan buah yang kaya akan karbohidrat).


Dari  hasil penelitian juga menemukan banyaknya kandungan bermanfaat dalam tepung talas. Di antaranya, talas memiliki jumlah lemak yang rendah, hanya sekitar 0,2 persen, serta punya kandungan serat yang cukup banyak hingga 5,3 gram. Jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan serat sampai 20,5 persen dalam sehari. "Kalorinya juga tidak banyak sehingga cocok kalau dibuat makanan untuk diet,”.
 Proses pembuatan tepung talas cukup sederhana dan mudah sehingga dapat dipraktekkan dalam skala 

rumah tangga. Adapun cara pembuatan tepung talas adalah sebagai berikut:
-    Pilih talas yang benar-benar tua akan tetapi tidak ada kerusakan seperti kebusukan dan memar-memar.                                                                             -    Gunakan jenis talas bentul, talas ketan atau talas lampung.                                                                                         -    Kupas kulit talas sampai bersih.                                                  -    Cuci bersih talas  yang telah dikupas dengan menggunakan air mengalir, kemudian tiriskan                    -    Rajang-rajang tipis talas dan rendam dalam larutan (natrium metabisulfit, asam sitrat dan asam askorbat)

-    Rendam irisan talas dalam larutan air garam (1 sdt dalam 5 liter air) selama 20 menit.
-    Rendam kembali dalam larutan natrium metabisulfit (1 gram per 1 liter air) selama 20 menit, cuci kembali dengan air mengalir dan tiriskan.
-    Keringkan irisan talas diatas para-para dengan menggunakan cahaya matahari sampai kering.
-    Giling talas kering dengan menggunakan grinder.
-    Ayak tepung talas yang sudah digrinder dan kemas sesuai dengan tujuan pasar.  

Dari beberapa pengkajian menunjukkan bahwa tepung talas berpotensi untuk digunakan sebagai ingredien untuk pembuatan produk baru ataupun untuk mengganti tepung-tepung konvensional. Tepung talas memiliki kapasitas absorpsi air yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengental untuk soup ataupun produk olahan lainnya. Granula patinya yang tahan panas memungkinkan tepung talas digunakan sebagai pengental pada produk yang diolah pada suhu tinggi. Tepung talas juga memiliki kapasitas absorpsi lemak yang tinggi. Dengan kapasitas absorpsi airnya yang juga tinggi, maka tepung ini sangat potensial digunakan untuk mempertahankan flavor, memperbaiki palatabilitas dan memperpanjang umur simpan produk olahan daging, maupun produk-produk lainnya seperti whipped toppings, sosis, chiffon, deserts, brownies, angel cake, cookies, mie dan sponge cake. Pasta tepung talas tidak mengalami peningkatan kekentalan selama proses pendinginan. Karakter ini memungkinkan aplikasi tepung talas pada produk-produk yang mensyaratkan stabilitas pasta selama penyimpanan produk di suhu dingin.  

Pembuatan roti dengan pencampuran tepung talas sebagai bahan substitusi akan mengurangi kandungan gluten adonan dimana gluten berperan dalam pembentukan struktur roti, pengembangan adonan dan volume roti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan produk roti  dengan mutu yang masih dapat diterima oleh konsumen perlu ditambahkan karboksimetil selulosa (CMC). Dengan penambahan  karboksimetil selulosa (CMC) maka diharapkan dapat dihasilkan mutu roti tawar yang memiliki sifat-sifat yang baik dan masih  tetap disukai.

Oleh karena itu umbi talas sekarang banyak dikembangkan dan diolah menjadi bahan jadi tepung talas, banyak resep kuliner berbahan talas, mulai dari kue lapis talas, keripik talas dan sebagainya, seperti yang terkenal dari bogor dan menjadi banyak inspirasi untuk  berwirausaha.  Untuk pemanfaatan langsung umbi talas yang katanya gatal jika dimakan bisa dilakukan proses pengareman atau bahan umbi talas direndam dahulu pada air garam setelah itu baru digunakan.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About